Artikel ini menjelaskan tentang kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks tanggapan. -- Selama di rumah
aja, kamu kepikiran
nggak, mau bikin video TikTok? Atau ternyata, kamu udah jadi seleb TikTok?
Hihihi. Ngomong-ngomong aplikasi Tiktok, sadar
nggak kalau video TikTok ini lagi
booming banget ya di sosial media. Ada video orang menari, bernyanyi
lipsync, tutorial masak, dan masih banyak lagi. Padahal, sebelum populer seperti sekarang, Kominfo pernah memblokir aplikasi TikTok karena videonya yang dianggap kurang mendidik. Oh ya, menurut kamu, aplikasi TikTok itu dampaknya gimana
sih? Apakah memberi kesan positif? Misalnya, dengan TikTok kamu jadi bisa berkreasi membuat video menari atau
lipsync bersama teman dan keluarga. Kamu juga jadi terhibur karena melihat video-video unggahan teman dan seleb TikTok lainnya.
Hmm, atau memberi kesan negatif? Kamu jadi ketagihan TikTokan dan mengganggu waktu belajar. Coba tulis tanggapanmu di kolom komentar, yaa.
Ekspresi kamu pas lagi main Tiktok sendirian di rumah wkwk. (sumber:
giphy.com)
Nah, kamu tahu
nggak, sebenarnya yang tadi kita lakukan adalah menanggapi sebuah karya,
lho. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, terdapat materi teks tanggapan.
Teks tanggapan merupakan teks yang berisi pendapat berupa kritik atau pujian tentang berbagai hal, seperti peristiwa, fenomena, karya, ucapan, atau perbuatan seseorang. Di artikel sebelumnya, kamu sudah belajar tentang struktur dan contoh teks tanggapan. Pada artikel ini, kamu akan mendapatkan informasi tentang kaidah kebahasaan yang digunakan pada teks tanggapan.
Nah, apa
sih kaidah kebahasaan itu? Kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan yang digunakan dalam membentuk kalimat. Kaidah kebahasaan ini dapat dijadikan sebagai ciri/karakteristik suatu teks agar berbeda dengan jenis teks lainnya.
Nah, agar lebih mudah dipahami, simak contoh teks tanggapan di bawah ini.
Pesawat Kepresidenan Keinginan pemerintah Indonesia untuk memiliki pesawat khusus kepresidenan sudah lama ada. Sekarang keinginan Pemerintah tersebut sudah direalisasikan meskipun mendapat tanggapan yang beragam dari masyarakat. Pesawat berkategori Boeing Business Jet 2 (BJJ2) 737-800 itu sudah berada di tanah air sejak Kamis, 10 April 2014. Dengan gagah pesawat modern itu mendarat di bandara Halim Perdanakusuma. Meskipun tidak semewah
Air Force One, pesawat tersebut tetap merupakan pesawat baru dengan perlengkapan baru yang modern. Warna pesawat itu didominasi biru di punggungnya dan putih di lambungnya. Garis lengkung merah putih sebagai garis batas dua bagian. Tulisan REPUBLIK INDONESIA terpampang di sisi kanan dan kiri pesawat. Ada banyak alasan yang memperkuat bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk memiliki pesawat kepresidenan. Alasan ekonominya adalah pesawat tersebut memiliki biaya operasional yang sangat tinggi. Alasan sosialnya adalah pada saat rakyat belum terentaskan dari kemiskinan para pejabat menikmati fasilitas negara yang mewah. Alasan keamanan dan politiknya adalah saat ini dengan pesawat komersial keamanan pejabat masih dapat tertangani dengan baik. Penanggap sebenarnya sepakat dengan kesimpulan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk memiliki pesawat kepresidenan sendiri. Akan tetapi, alasan yang tepat sebagai tanggapan terhadap permasalahan tersebut juga merupakan hal yang sangat rasional. Penulis juga menambahkan jika pembelian pesawat kepresidenan sangat relevan dengan kebutuhan mobilitas, keamanan, kenyamanan, dan efektivitas kegiatan presiden yang sangat padat itu. Sekarang,
yuk sama-sama kita analisis kaidah kebahasaannya. Berdasarkan teks di atas, kita bisa lihat
nih kalau bahasa yang digunakan
bersifat deskriptif. Penulis
menggambarkan pandangannya terhadap pesawat secara jelas dan terperinci. Jadi, pembaca seperti bisa melihat langsung bentuk pesawat meskipun hanya dengan membaca teks tersebut. Coba kamu perhatikan paragraf kedua,
deh. Di paragraf tersebut, pesawat BJJ2 digambarkan dengan jelas, memiliki warna biru yang mendominasi di punggungnya dan warna putih di lambungnya. Lalu terdapat warna garis lengkung merah putih. Selain itu, keadaan dan bentuk pesawat disebutkan, yaitu dilengkapi dengan perlengkapan yang modern. Selanjutnya, terdapat
kata-kata yang mengungkapkan penilaian berupa pujian atau kritik. Menurut kalian, penilaian apa yang diberikan penulis pada teks di atas?
Yup, kritikan. Coba perhatikan paragraf ketiga. Penulis mengatakan bahwa pada saat itu bukan waktu yang tepat untuk memiliki pesawat kepresidenan. Ada beberapa alasan yang mendukung tanggapan tersebut, yaitu dari segi ekonomi, sosial, dan keamanan. Terakhir, terdapat
saran yang disampaikan penulis. Saran yang disampaikan bersifat tersirat. Maksudnya, makna yang ingin disampaikan tidak dituliskan secara langsung. Hal itu bisa kamu temukan jika kamu membaca kalimat pertama paragraf terakhir. Kata-kata yang merupakan kritikan disebutkan kembali, agar mempertegas bahwa sarannya adalah, saat itu bukan waktu yang tepat bagi pemerintah untuk memiliki pesawat kepresidenan.
Nah, itu tadi pembahasan mengenai kaidah kebahasaan teks tanggapan. Bagaimana? Mudah sekali,
kan? Karena tadi kamu sudah mendapatkan pemahaman baru, ada baiknya kamu sempurnakan pemahamanmu dengan latihan soal di
ruangbelajar. Ayo gabung sekarang juga!

hbspt.cta._relativeUrls=true;hbspt.cta.load(2828691, '1eaeb7cf-6e40-4247-9ae0-312c2019d986', {"useNewLoader":"true","region":"na1"});
ReferensiZabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Artikel diperbarui 1 Desember 2020
Posting Komentar untuk "Bahasa Indonesia Kelas 9 | Menelaah Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan"