Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Hidup dengan Passion Saja Tidak Cukup?

Kenapa passion aja gak cukup? Artikel ini menjelaskan tentang mengapa passion saja tidak cukup dalam kehidupan. -- “Nanti, kalau kamu sudah kuliah, bakal banyak lingkungan baru, gak hanya teman kelas aja. Kamu bakal nemuin hal yang kamu suka dan sesuai dengan passion kamu sendiri.” Wejangan dari Ibu mengenai penemuan jati diri dan passion ini benar-benar aku ingat di kepala hingga sekarang. Kalimat yang dilontarkan Ibu berasa seperti doa terbaik untuk anaknya. Doa dengan harapan apa yang aku temukan selama kuliah nanti akan mengantarkanku ke dunia karir dan masa depan. Lalu, hingga di titik ini, apa yang aku pahami tentang hal tersebut?  Oh ya sebelum itu, halo. Namaku Adelia. Kata Ibu dan Ayahku, sedari kecil, aku adalah sosok yang selalu ingin berkembang dan penasaran. Sekarang, gak terasa sih, aku sudah berada di bangku semester 7 perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.  Tepatnya, aku mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi.  Dahulu, sebelum masuk dunia perkuliahan, Ibu dan Ayah pernah berpesan bahwa kehidupan di perkuliahan akan membawaku ke lingkup pertemanan yang lebih luas. Dari sana, kata mereka, aku akan menemukan passion-ku. Passion? Tidak asing lagi di telinga, karena saat SMA sudah menjadi pembahasan di antara teman-teman kelasku. Bagi kami, mencari passion adalah mencari apa yang kita sukai. Terlebih, saat itu banyak pemikiran di luar sana yang mengatakan “Ikuti passion kamu, lakukan yang kamu suka,” atau sering kali kita terintimidasi dengan stigma “Kalau kamu gak nemu passion kamu, nanti masa depan kamu gak jelas.” Arah kehidupan Hidup itu banyak arah. Kamu bisa kemana saja untuk menemukan versi dirimu yang terbaik. (sumber: unfoldtoday.com) Masalahnya, saat itu aku belum tahu apa passionku. Tidak seperti temanku yang punya satu ketertarikan tertentu, aku adalah orang yang punya banyak ketertarikan. Aku sempat kepikiran untuk masuk Hubungan Internasional karena menyukai urusan Negara. Di sisi lain, aku juga senang melukis dan berpuisi. Aku pun kepikiran untuk masuk sastra dan seni. “Kalau aku masuk Institut Seni Indonesia, maka nanti besarnya aku bakal jadi pelukis,” khayalku waktu itu. Di tengah kebimbanganku, orangtuaku menyarankan untuk mengambil jurusan yang mencakup keduanya. Di situ lah aku memutuskan mengambil Ilmu Komunikasi. Yaa.. walaupun nggak sespesifik Hi atau sastra dan seni, tapi bayanganku, di masa depan nanti, aku bisa punya lebih banyak pilihan dalam berkarir. Toh, aku sebetulnya belum tahu-tahu amat, apa passionku selama ini. Kamu sendiri gimana? Terkadang, beberapa orang memang tidak bisa memilih satu hal yang paling ia sukai dalam hidupnya. Buktinya aku yng harus melalui banyak pergolakan batin dan diskusi bersama orang tua dalam memilih program studi. Sampai pada akhirnya, pilihanku jatuh kepada Ilmu Komunikasi.  happy dengan apa yang dikerjakan Bersenanglah dengan apa yang kamu kerjakan! (sumber: tenor.com) Kenyataannya, di jurusan Ilmu Komunikasi, aku belajar banyak hal: belajar menulis, menjadi jurnalis, dan bertemu banyak orang. Hingga, di satu titik aku sadar, "Kita cuma perlu mencintai apa yang ada di depan mata." Bagiku, passion is the key to live life to the fullest. Dan sekarang, aku sudah menemukannya. Sampai aku mendapatkan persoalan berikutnya. "Apakah dengan menggeluti passion, hidup yang aku punya telah sempurna?" Sayangnya, tidak. Pada sebuah tulisan yang dirilis oleh Glints.com berjudul ”Pentingkah Menemukan Passion Kerja Sehabis Lulus Kuliah?” menjelaskan bahwa kepuasan seseorang dalam hidup dan bekerja tidak lagi seharusnya diukur melalui bagaimana kamu menemukan passion, lalu akhirnya menjadikannya pilihan karir masa depan. Level kamu puas menghidupi hidupmu adalah ketika kamu enjoy melakukan sesuatu, meski belum sampai pada level “cinta”.  bener juga ya Hm, bener juga ya? (sumber: clipart-library.com) Ternyata, kebimbangan soal passion juga dialami oleh Fellexandro Ruby, seorang creativepreneur dan founder Wanderbites Studio. Ia pernah menjadi pemateri pada TEDx Talks. Kala itu, bahasannya adalah “Why Passion is Not Enough?”. Pemateri yang kerap disapa Ruby bercerita, Ia memulai karirnya sebagai fotografer dan penulis blog saat sedang berkuliah di Australia. Selama sepuluh tahun lamanya, Ia mencoba banyak hal baru seperti investasi dan juga mencoba menjadi content creator seperti membuat podcast, studio foto, dan sebagainya. Lalu, bagi Ruby, passion itu apa? Dan mengapa hidup dengan passion aja gak cukup? Baca juga: 5 Langkah Membangun Kebiasaan Baru Menurut dia, passion yang ia pahami perlu bercermin dari hidup masyarakat Jepang. Negara Sakura percaya bahwa banyak cara menuju hidup bahagia dan umur panjang. Apa kuncinya? Istilah dari Jepang yang perlu kita pelajari adalah Ikigai.  Ikigai mengajarkan begitu banyak hal penting untuk hidup bahagia, yaitu what you love, what you are good at, what you can be paid for, dan what the world needs. Pada pengertian What You Love menurut Ruby adalah apa yang kita cintai tidak selalu mengantarkan kita pada profesi, tapi bisa jadi hobi. Bahkan, apa yang kita tidak sukai, bisa saja mengantarkan kita kepada profesi dengan syarat mencoba mencintai dan mendalami apapun yang kita kerjakan.  “Passion bisa banget tumbuh ketika kita mendalami suatu bidang.” Begitulah makna passion yang mengantarkan Ruby selama sepuluh tahun merajut pengalaman.  Kemudian, make something for the world. Passion mengajarkan kita semua untuk membuat sesuatu dari hal yang kamu sukai dan yang kamu pelajari. Intinya, bagi Ruby passion ciant pay your bills until you give time and effort to develop your skills become what you are good at.  Menurut Vallerand dan Houlfort dalam jurnal psikologi yang ditulis oleh Agselle Surya Putri Anggraini, passion adalah kecenderungan kuat terhadap aktivitas yang disukai, yang mereka temukan bahwa itu penting, dan yang mana memberikan waktu dan tenaga untuk aktivitas tersebut. Demi mengetahui perspektif lain tentang passion, aku juga coba bertanya ke teman-teman kuliah. Dan ini lah jawaban mereka:  bingung Jadi, passion itu apa sih? Spongebob juga bingung. (sumber: gfycat.com) “Passion itu Do What You Love, Love What You Do.” - Brayen Herdin Indrawan Lakburlawal, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya Yogyakarta 2017 “Passion emang perlu, sih. Tapi, menurut aku kalau terlalu ngeiyain dan membanggakan passion kamu, kita bakal stuck dan monoton juga. Jadi, passion aja gak cukup, kita butuh adaptasi dengan lingkungan. Yaaaa, istilahnya adaptif dan growth mindset.” - Nur Tri Utami, Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang Administrasi Bisnis Terapan 2017.  “Passion tuh beda ya sama hobi. Hm, hidup di masa mendatang misal cari kerja gak cukup sih dengan passion aja. Di zaman sekarang kita butuh modal dan relasi. Faktanya emang biar punya skill bagus atau passion yang kuat, tapi kalau tidak punya relasi perusahaan mungkin bakal sulit banget.” - Dinda Puspaseroja, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang 2017.  “Mengandalkan passion adalah hal yang penting. Tapi, mencoba hal baru di luar passion itu hal yang luar biasa penting dan perlu banget sih,” - Alifia Dian Khoiriani, Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang 2017. “Passion itu ga menjadi ukuran seseorang bisa happy sih. Kayak aku, sampai sekarang belum nemuin passion dan belum ngerti juga, tapi happy aja menjalani hidup. Ya itu berarti, dengan passion aja kadang emang gak cukup,” - Giandri Swaradana, Alumni Ilmu Komunikasi Public Relations Universitas Muhammadiyah Malang 2014.  Dari pembahasan mengenai passion di atas kita menemukan poin bahwa ada banyak cara untuk hidup bahagia, dan itu tidak hanya terpaku pada passion saja. Agar kamu tidak bimbang lagi mengenai passion, kita perlu mencatat sebuah wejangan dari Terri Trespicio dalam event TEDx Talks berjudul “Stop Searching Your Passion” bahwa “Passion is not a plan, but it’s a feeling and feelings change. Passion is not a job, but it’s the full force of your attention and if you are so busy looking for this passion, you could lose the chance which can change your life.”  sudah paham kan? Sudah paham, kan? (sumber: tenor.com) Faktanya, dalam hidup ini, kita butuh hal lain dari sekadar passion agar hidup bisa lebih bermakna. Misal, mencoba hal baru di luar passion, membentuk banyak relasi, mengubah fixed mindset menjadi growth mindset, atau menemukan support system dan circle positif untuk membantu kamu menjadi sosok yang adaptif. Kalau kata filosofi Jepang, banyak cara untuk memiliki hidup yang bahagia, yaitu menemukan what you love, what you are good at, what the world needs, dan what you can be paid for. Jadi, untuk menjadi versi terbaik dirimu, kamu perlu melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu duga akan hidup di dalamnya! :)   ruangbelajar hbspt.cta._relativeUrls=true;hbspt.cta.load(2828691, '62700d92-1aae-4202-a1e5-0542d3acc323', {"useNewLoader":"true","region":"na1"}); Referensi:  Nathania, Raissa. (2020). Pentingkah Menemukan Passion Kerja Sehabis Lulus Kuliah?. [daring], Tautan: https://glints.com/id/lowongan/menemukan-passion-kerja/#.X_8ZlOgzY2w, (diakses pada 13 Januari 202i) Kompas. (2011). “Passion” Saja Tak Cukup Untuk Sukses!. [daring], Tautan: https://lifestyle.kompas.com/read/2011/11/14/15113886/Passion.Saja.Tak.Cukup.untuk.Sukses, (diakses pada 13 Januari 2021) Andria, Wina. (2018). Jadikan Hidup Lebih Bahagia dan Penuh Arti dengan Filosofi Ikigai. [daring], Tautan: https://journal.sociolla.com/lifestyle/mengenal-filosofi-ikigai, (diakses pada 13 Januari 2021) Anggraini, Agselle S. P. (2013). Dinamika Gairah (Passion) pada Pekerja Industri Kreatif PT Prime di Surabaya. JURNAL Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 02. No. 1, April 201. [daring], Tautan: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/agselle_ringkasancorel.pdf, (diakses pada 13 Januari 2021). Hasibuan, Lynda. (2019). Terungkap! Ternyata Ini Rahasia Umur Panjang Warga Jepang. [daring], Tautan: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190525194919-33-75096/terungkap-ternyata-ini-rahasia-umur-panjang-warga-jepang, (diakses pada 18 Januari 2021) TEDx Talks. (2020). Why Passion is Not Enough?. [daring], Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=brwBTcacJtI, (diakses pada 16 Januari 2021) TEDx Talks. (2015). Stop Searching for Your Passion. [daring], Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=6MBaFL7sCb8&t=2s, (diakses pada 16 Januari 2021)   Sumber Foto:  Foto ‘Hidup itu banyak arah. Kamu bisa kemana saja untuk menemukan versi dirimu yang terbaik’ [daring], Tautan: https://www.unfoldtoday.com/how-to-find-your-must-follow-passion-life-purpose-guide/
MasTer
MasTer alone

Posting Komentar untuk "Kenapa Hidup dengan Passion Saja Tidak Cukup?"