Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenang Richard Feynman dan Belajar dari Mengajar

siapa itu richard feynman Artikel ini berisi tentang kisah hidup Richard Feynman dan bagaimana kita bisa lebih mudah memahami suatu materi dengan mengajar orang lain -- Bagaimana kalau satu dikurang satu bukan nol, melainkan dua? Mungkinkah dengan memberikan satu barang ke orang lain membuat kita jadi punya dua barang? Richard Feynman, jika masih hidup, jelas akan tersenyum dan bilang mungkin. Mark Kac, seorang matematikawan mengatakan bahwa di dunia ini ada dua tipe orang jenius. Tipe pertama adalah jenius biasa, yang, kalau kita berusaha sedikit lebih keras, bisa jadi kita setara dengannya. Jenius tipe kedua adalah penyihir. Tidak pernah ada yang tahu misteri di balik caranya berpikir. Richard Feynman adalah tipe kedua. Menginjak bangku SMP, bulu kuduk saya berdiri tiap selasa pagi. Sebabnya, kelas pertama saya diisi oleh pak Yadi, guru fisika yang suaranya terlalu lembut. Kalau matematika ibarat otak saya dimasukkan ke dalam panci dan direbus. Maka fisika adalah otak saya dimasukkan ke panci, direbus, ditiriskan, airnya diminum… dan otak saya diceburkan ke empang jadi kudapan lele. Ada yang salah dengan fisika, pikir saya waktu itu. Dan saya tidak pernah mau mencari tahu asalnya. Berbeda dengan saya, Feynman terlahir dengan rasa penasaran yang mampu membunuh kucing. Di saat saya senang bermain Tamiya di usia sebelas, ia hobi membongkar radio. Bagi Feynman, memutar sekrup, mencopot komponen, dan memasangnya kembali jadi semacam kegiatan yang menenangkan. Kegemarannya ini bahkan diketahui tetangganya sehingga ia dijuluki bocah yang mampu memperbaiki radio hanya dengan berpikir. Feynman selalu have fun dengan apa yang dia lakukan. Baginya, alam adalah taman bermain dan ilmu pengetahuan alat untuk menelusurinya. Alarm antimaling yang dia buat untuk mengerjai orangtuanya jadi salah satu bukti keusilannya dalam "bermain pengetahuan". infografik richrd feynman Pada usia 20-an tahun, Feynman mampu menyederhanakan teori elektrodinamika kuantum yang berlembar-lembar menjadi sebuah diagram sederhana saja. Ia menamakannya dengan diagram Feynman. Dari mana ia dapat ide ini? Oh, dari piring yang diputar di kantin kampus saja. Kecerdasannya ini membuatnya mendapat hadiah nobel. Feynman memang bukan tipikal orang yang senang dengan penghargaan. “Bagi saya, mampu menjelaskan sesuatu ke orang awam, itu lebih bernilai dibanding menerima hadiah nobel,” katanya saat pidato. quote richard feynman Ia juga membuktikan teori matematika yang menjelaskan tentang keanehan helium cair pada temperatur nyaris absolut nol. Bahkan ia memecahkan misteri besar soal meledaknya pesawat challenger dan membuatnya dapat dipahami orang awam. Baca juga: Yuk Intip Cara Belajar Ilmuwan Dunia Menurutnya, belajar bukan tentang mengumpulkan segala informasi untuk diri sendiri. Ia lebih suka menganggap belajar sebagai kegiatan yang main-main dan santai saja. Dan ini lah rahasia si penyihir: ia belajar dari menyederhanakan, bersenang-senang, sambil mengajarkannya ke orang lain. teknik belajar richard feynman Tentu, cara ini bukan teori semata. Dalam Learning-by-teaching. Evidence and Implications as a Pedagogical Mechanism, David Duran bilang kalau menjelaskan suatu hal ke orang lain merupakan cara untuk mengetes bagaimana pikiran kita mereview sebuah informasi, dan mengubahnya menjadi ilmu pengetahuan. Dan hal ini lebih baik dibanding kita menjelaskan suatu materi ke diri sendiri. Annis pernah membuat penelitian di The Processes and Effect of Peer Tutoring. Ia membagi 130 murid menjadi lima kelompok. Kelompok pertama diajarkan sebuah materi, kelompok dua membaca materi, kelompok tiga membaca dan diajarkan materi, kelompok empat belajar materi dan coba mengajarkannya ke murid lain (tidak betul-betul mengajar), sementara kelompok terakhir belajar dan menjelaskan isi materi tersebut ke murid lain. Hasilnya bisa ditebak: kelompok lima lah murid yang paling paham akan materi tersebut. Kenyataannya, mengajar tidak hanya membuat kita jadi lebih “belajar” . Sascha Stollhans dalam Learning by Teaching: Developing Transferable Skills mengungkapkan kalau dampaknya lebih jauh dari itu. Ia juga menanamkan kemampuan yang dibutuhkan seorang karyawan. Seperti rasa percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan kreativitas. Atau dengan kata lain, mengajar secara otomatis membuat kita jadi pembelajar yang andal. Memberikan ilmu kepada orang lain membuat kita punya ilmu lebih banyak. Maka satu dikurang satu bukan lagi nol, melainkan dua. Hari ini, tanggal 15 Februari, kita mengenangnya. Tiga puluh dua tahun yang lalu, Richard Feynman tewas akibat kanker di bagian perut. Usianya 69 tahun. Kalau Richard Feynman bisa sejatuhcinta ini dengan fisika, mungkin saya yang salah. Selama ini saya menganggap fisika sebagai kumpulan rumus yang mesti dihafal belaka. Nyatanya, ia lebih dari sekadar itu: fisika adalah tentang cara berkomunikasi dengan alam. Alam begitu indah dan hanya itu yang kita punya. Dan seperti halnya cinta, keindahan alam selalu membawa banyak pertanyaan. Maka dengan fisika, sedikit demi sedikit kita akan mampu menjawabnya, mendapatkan pertanyaan baru, dan berusaha menjawabnya lagi, dan kita akan selalu belajar dari sana. Nah, sekarang kamu udah tahu banyak, kan, soal Richard Feynman. Ternyata belajar emang harusnya dirasain dengan asik dan santai aja, gak perlu jadi beban dan ditakuti. Hayo, siapa yang pernah ngerasa kalau setelah ngajarin temen, materi yang kamu pelajarin malah lebih masuk dan nempel ke otak. Coba tulis di kolom komentar! Kalau cari sosok yang mau ngajarin kamu materi sekolah, ada banyak tutor expert yang udah nunggu kamu di ruangbelajar lho! New call-to-action hbspt.cta._relativeUrls=true;hbspt.cta.load(2828691, 'e2085056-ee52-443c-a36d-6518c6d4d31d', {"useNewLoader":"true","region":"na1"});
MasTer
MasTer alone

Posting Komentar untuk "Mengenang Richard Feynman dan Belajar dari Mengajar"